Sore-sore di depan rumah dukun Akung
Karin : “Permisii .. Sepada.. Assalamualaikumm..”
(Mbah
Akung membukakan pintu)
Oliv : “Mbah.. Saya ingin…”
Akung : “Diam!! Jangan dekati aku!”
Oliv : (memandang Karin) “Memangnya kenapa
Mbah?”
Akung : “Kuntilanak itu telah menyatu dengan
jiawamu! Jadi sapa saja yang dekat-dekat denganmu.. mereka pasti akan mati! Apalagi
kalau menyentuh gelangmu!”
Oliv : “Saya sudah mengetahui tentang itu..
Mbah. Maka dari itu saya datang kesini”
Akung : “Kamu!! Kamu juga akan menjadi sasaran
kuntilanak itu!” (nunjuk Karin)
Karin : “Tidak mungkin!! SAya kan tidak
menyentuh gelang itu!”
Akung : “Tapi kuntilanak itu sudah menunjuk kamu
sebagai tumbalnya selanjutnya. Sebaiknya kamu pergi!! Pergi sana!!! (nunjuk
Oliv) kamu telah dikutuk! Kamu pembawa bencana!! PERGI!!”
(Oliv
dan Karin pun pergi dari tempat itu)
Malam hari di rumah Oliv
Oliv merasa tak karuan. Dia mondar-mandir
di kamarnya. Dia memikirkan kata-kata dukun tadi yang mengatakan bahwa Karin
adalah tumbal selanjutnya. Karena resah Oliv menelepon Karin. Badan Oliv
gemetar.. oliv semakin resah. Ditambah lagi telfonnya yang tak kunjung Karin
angkat. Oliv mulai panic.
(Karin
baru pulang dari warung)
Karin : “Iya Liv? Ada apa?”
Oliv : (panic) “Rin lo ada dimana sekarang?”
Karin : “Gue baru aja beli minyak goring. Soalnya
minyak goring di rumah gue udah abis..”
Oliv : “Kuntilanak itu gak dateng kan?”
Karin : “Enggak tuh.. Emang kenapa?? Lo
kepikiran kata-kata dukun tadi ya?”
Oliv : “Iya!! Gue takut kata-kata dukun tadi
kejadian”
Karin : “Tapi.. Kok dia bisa bilang gitu ya?”
Oliv : “Gue juga gak tau. Yang penting lo
hati-hati ya”
Karin : (merinding) “Hmm. Liv…. Gue kok jadi
merinding gini yaa?”
Oliv : “Lo ngomong apa Rin? Kurang jelas??”
Karin : “Lo gak ada sinyal kali….”
Oliv : “Ooo. Iya iya bentar gue keluar kamar
dulu”
(Karin
mendengar suara tintihan Kuntilanak)
Karin : (panic) “Liv!! Lo denger suara itu ga
Liv?? Kuntilanak itu dateng!! Dia udah dateng!!”
Oliv : “Suara lo masih gak jelas Rin!!
Halooo!!!!”
Kuntilanak itu berdiri di
persimpangan jalan menuju rumah Karin. Karin menjerit dan berlari kea rah yang
berlawanan. Tapi sayangnya.. kuntilanak itu muncul lagi dan akhirnya Karin
terjatuh karena terlalu terkejut. Ponselnya terjatuh. Oliv berteriak memanggil
nama Karin karena mendengar suara jeritan Karin. Kuntilanak itu mendekati
Karin. Menjambak rambut Karin. Dan Karin pun akhirnya dibunuh. Suara jeritan
Karin terdengar sangat keras. Oliv menangis.. berteriak.. tapi apa yang dia
dengar dari ponsel sahabatnya itu hanyalah suara rintihan kuntilanak. Tak lama
setelah suara itu, telfon pun terputus dengan sendirinya. Arwah kuntilanak yang
keluar ketika Oliv sedang menghubungk Karin pun masuk kembali ke dalam tubuh
Oliv. Oliv pun pingsan.
Keesokkan harinya di rumah dukun Akung
(Oliv
mengetuk pintu rumah dukun itu dengan sangat keras)
Akung : “Kamu lagi!! Mau apa kamu datang lagi
kesini? Bukankan aku sudah mengingatkan kamu agar kamu pergi dari sini?!”
Oliv : “Mbahhh saya mohon mbah keluar. Saya ingin
bicara dengan mbah”
Akung : (membuka pintu) “Mau bicara tentang apa
lagi kamu?”
Oliv : “Mbah benar.. kemarin Karin mati
karena dia sudah berdekatan dengan saya! Mbah harus menolong saya. Kuntilanak itu
akan terus memakan korban jika mbah tidak mau menolong saya! Saya mohon..
tolong saya mbah”
Akung : “Baiklah.. saya akan menolong kamu”
(merekapun
memasuki rumah dukun Akung)
Akung : “Ini semua kutukan!”
Oliv : “Saya tahu.. karena teman saya bermain
jelangkung waktu itu”
Akung : “Lalu dia mati?”
Oliv : “ya .. dia mati setelah mengetahui apa
penyebab kuntilanak itu bersemayam dalam tubuh saya”
Akung : “Sudah berapa orang yang mati karena
kutukan itu?”
Oliv : (menghitung) “Ada… 5 orang” (suara
lirih)
Akung : “Hmm. Jumlah yang masih sangat sedikit”
Oliv : “Maksudnyaa??
Akung : “Para kuntilanak itu membutuhkan banyak
tumbal.”
Oliv : “Jadi.. kuntilanak yang bersemayam
dalam tubuh saya.. bukan hanya satu? Lantas ada berapa?”
Akung : “Aku tidak bisa melihatnya dengan jelas. Yang
jelas mereka semua da banyak”
Oliv : “Apa yang menyebabkan kutukan itu
datang kepada saya?”
Akung : “Awal mula kutukan itu bermula dari sebuah
gelang antic yang kamu pakai dan sebuah dufa”
Oliv : “Masalah itu saya sudah menyadarinya..
tapi.. bagaimana cara melepaskan gelang ini?”
Akung : “Aku tidak tau! Yang tau hanyalah
keluargamu sendiri! Orangtuamu! Orangtuamu yang telah memulai perjanjian itu!
Merekaa!!! Mereka belum menyelesaikan perjanjian itu dengan baik!”
Oliv : “Perjanjian?? Perjanjian apa? Saya tidak
mengerti”
Akung : “Memang dukun-dukun terdahulu selalu
menangkap kuntilanak dan memasukkan rohnya ke dalam gelang seperti yang kamu
pakai. Dan dufa itu.. dufa itu berfungsi sebagai pintu keluar para kuntilanak
untuk mencari tumbal”
Oliv : “Tapi mbah.. bagaimana caranya agar
kuntilanak-kuntilanak itu tidak mencari tumbal lagi?”
Akung : “Aku tidak tahu (menggeleng-gelengkan
kepala) kakekmu! Dia adalah kunci semua ini! Cepat tanyakan padanya sebelum
kuntilanak-kuntilanak itu membunuhnya!”
Oliv : “Tapi.. tapi mbah.. kakek adalah
satu-satunya keluarga saya disini!”
Akung : “Tidak bisa! Dia tau semuanya! Malam ini
kuntilanak-kuntilanak itu akan membunuhnya! Cepat sekarang kamu pergi! Temui
dia!! CEPAT!”
Oliv : “Terimakadih mbah. Permisi”
(Oliv
panic dan segera meninggalkan rumah dukun Akung