Fajar dan Soni
Soni : “Jar.. mendingan kita mencar lagi. Aku kesana
ya”
Fajar : “Oke.. hati hati Son”
(Soni
memasuki sebuah ruangan. Dia mendengar suara tangisan wanita dan dia
mendekatinya)
Soni : “Maaf mbak.. kenapa nangis disini..?
disini sumpek mbak..”
(wanita
yang membelakanginya tidak menjawab perkataan Soni)
Soni : “Mbak… (menyentuh pundak wanita dan
wanita itu membalikkan badan)
Soni : “Aaaa.. Ya Alloh .. kok saya udah
ketemu sama hantu lagi sih..” (berlari dan masuk ke dalam wc)
Soni : “astagfirulloh.. astagfirulloh..
mukanya serem banget. Mudah-mudahan gak kesini”
Tiba-tiba Soni mendengar helaan
nafas panjang berulang kali. Suara itu semakin jelas. Soni mulai curiga. Dan ketika
Soni menyenterkan ponsel kearah suara itu. kuntilanak muncul di hadapannya dan
mencekiknya hingga mati.
Dimas dan Fio
Fio : “Tunggu Mas! Aku cape nii”
Dimas : “Sama aku juga” (ngos-ngosan)
(Dimas
membelakangi Fio dan meraih tangan Fio, yang ternyata adalah tangan kuntilanak)
Dimas : “Yuk kita cari lagi sebelum semakin malam”
Fio : (membalikkan badan) “Tunggu.. aku
masih cape nihh (Dimas sudah tak ada) Maass!! Dimas!! Kamu dimana Mas? Mas??
Dimaassss??? Kamu dimanaaa???”
(Fio
berlutut dan mulai menangis)
“TAP
TAP TAP”, suara langkah mendekati Fio.
Fio : “Naahh gitu dong balik lagi…
AAAAAAAAAAAAAAAAAA” (Fio jatuh pingsan)
Dimas : (mempererat genggaman tangannya) :Kok
tangan kamu disini tapi suara kamu disana sih?”
(kuntilanak
itu melepaskan genggaman Dimas)
Dimas : “kamu kenapa Fio?” (menengok ke belakang
dan tidak mendapati Fio di belakangnya”
Dimas : “Hah!! PAsti tadi itu beneran Fio! Fio
masih disana!! truss? Yang tadi itu siapa?? Pantesan tangannya dingin. Dia pasti
kuntilanak itu. FIO??!! GUE HARUS KESANA SEKARANG”
(Dimas
mendapati Fio yang pingsan)
Dimas : “Fi!! Fi bangun Fi!” (menepak-nepak pipi
Fio)
Fio : “Dimas!! Dimas tadi kamu kemana!!
Kuntilanak! Tadi dia datengin aku!!”
Dimas : “Iya iya.. kamu tenang duku ya. Dia udah
pergi kok. Tapi kamu gak diapa-apain kan?”
Fio : (mengangguk pelan) “Aku gak papa. Yukk”
(mereka
memasuki sebuah ruangan)
Dimas : “Kayaknya ruangan ini yang dimasksud
kakeknya Oliv”
Fio : “Kayaknya sih iya.. biar aku kasih
tau Fajar dulu”
Dimas : “Baguslah.. sekarang baru jam 9 seperempat”
Fio : (melihat ponselnya) “Gak ada sinyal”
Dimas : “Yaudah kita keluar dulu”
(ketika
hendak berlari keluar pintu tiba-tiba tertutup)
Dimas : “Wah pintunya kekunci lagi!!”
Fio : “Dobrak Mas!”
(dicoba
berulang kali tetapi tetap tidak terbuka)
Oliv
Oliv : (melihat jam tangannya) “Hah!! Udah
jam sepuluh lebih limablas menit tapi gudangnya masih belum ketemu!! Duh mana
belum ada kabar lagi. Mending aku telfon Fajar aja sekarang (melihat ponselnya)
Uajj lobet lagi. Ada aja hambatannya!!”
(Linda
dan Rita melihat Oliv)
Linda : “BAGUS BAGUS!!” (menghampiri Oliv)
Oliv : (berbalik) “LINDA?? RITA?? Kok kalian
ada disini sih?”
Linda : “HEH!! (menarik Oliv dengan kasar) wahay
kuntilanak! Datang dan bunuhlah OLIV!”
Oliv : “Linda!! Lo jangan sompral kalo
ngomong”
Linda : “Gue gak sompral! Gue pengen lo mati!”
Rita : “Bunuh aja dia sekarang Lin”
Oliv : “Jangan!! Lebih baik kalian pergi dari
sini sekarang. Sebelum kalian mati sia-sia”
Linda : “Apa lo bilang?? MATI SIA SIA? LO YANG
AKAN MATI SIA SIA?? (menyentuh gelang Oliv) gelang ini pembawa bencana kan??
(Oliv tertunduk) lepasin dong!”
Oliv : “Udah gue coba.. Tapi gak bisa”
Rita : “Lo mau tau caranya? Si Linda pasti
bisa bantuin lo lepasin gelang butut lo itu! yak an Lin?’
Linda : “Bener banget! Ta! Lo pegang tangan si
Oliv. Mana tas lo?”
(Linda
mengeluarkan pisau dari dalam tas Rita)
Oliv : “Lo.. lo mau ngapain???”
Linda : “Tangan lo mau gue potong!”
Oliv : “JANGAN”
Ketika pisau itu ingin diiriskan
pada tangan Oliv, tiba-tiba Oliv kerasukan. Dia menjerit dan mendorong Linda
hingga tersungkur ke lantau dan pisau itu menggorok lehernya hingga mati
Rita : “Mau apa lo??!! Gue masih ada pisau”
Oliv mendekat sambil melotot. Lalu
merebut pisau yang dipegang Rita dan menusukkannya ke perut Rita. Sementara Lusi
sudah mati ketika melihat Linda mati. Asmanya yang membuat dia kehabisan nafas.
Sesaat Oliv tersadar.. Linda Lusi dan Rita sudah mati dan dia pun menjerit. Teriakan
Oliv terdengar oleh Fajar, Icha dan Liana. Mereka pun datang ke ruangan itu.
Fajar : “Oliv kamu kenapa? (memandang ke
sekeliling)
Icha : “Oliv ada apa?”
Oliv : “Mereka mati bukan gara gara aku. Tapi
tangan ini yang melakukannya”
Fajar : (memandang Liana dan Icha) “Tenang dulu
Liv.. sekarang ceritain kenapa mereka bisa mati”
Oliv : “Ta.. tadi itu Linda Rita sama Lusi
mau motong tangan aku. Trus.. aku gak tau lagi apa yang terjadi.. dan yang aku
tau.. mereka udah mati dan aku yang menggenggam pisau ini”
Fajar : “Lupain aja.. itu emang udah resiko
mereka. Mereka yang minta berurusan sama kuntilanak-kuntilanak itu. sekarang..
kita harus cepet-cepet temukan gudang itu. udah jam 10 nih. Satu jam lagi para
kuntilanak itu akan bangkit. Soni Dimas sama Fio mana?”
Icha : “Gak tau. Gak ketemu”
Liana : “Lebih baik kita telfon mereka. Gue telfon
Fio. Lo telfon Dimas Liv. Lo terlfon Soni jar”
Oliv : “Batre gue lobet”
Fajar : “Biar gue aja”
(mereka
melihat ponselnya masing-masing)
Fajar : “Gue gak ada sinyal”
Liana : “Sama gue juga”
Icha : “Wah ini mulai gak beres ni. Mendingan
kita mencar aja yuk. Kita gak punya banyak waktu”