Awan hitam sejak kemarin masih
menyelimuti daerah tempat Pak Jimi dan cucunya tinggal. Hujan turun
terus-menerus seakan-akan ikut menangisi kepergian kedua orang tua Oliv.
Orangtua Oliv meninggal dunia secara tidak wajar di sebuah gudang yang berada
di dalam sebuah gedung yang angker.
Gadis yang bernama Olib itu tak
pernah bisa berhenti menangis. Hari demi hari ia jalani dengan ratapan,
tangisan bahkan teriakan. Dia merindukan sosok seorang ibu yang biasa
membelainya, memeluknya dan memanjakannya dengan sebuah nyanyian di kala
hatinya sedang sedih. Dia hanya bisa terdiam membisu ketika memandangi foto
kedua orang tuanya yang telah pergi.
Di rumah kakek Oliv
Kakek : "Oliv, tabahkan hatimu, nak..
Terimalah ini semua.. Janganlah kamu berlarut-larut dalam kesedihan.
Relakanlahkepergian kedua orang tuamu. Kamu harus bisa membuka lembaran baru
tanpa kedua orang tuamu, Liv.. Kamu harus kuat.."
Oliv : “Tapi kek.. Tidak semudah itu Oliv
merelakan kepergian papah dan mamah. Susah kek susah..”
Kakek : “Kakek mengerti, sulit bagi kamu untuk
menerima kenyataan ini. Tapi kakek juga tak ingin melihat kamu bersedih terus.
Sabar ya Liv.. Ini semua memang sudah takdir. Kakek janji, kakek akan selalu
ada untuk kamu kapanpun kamu butuh kakek..”
(Oliv
memandang kakek)
Kakek : “Jangan kamu kira sepeninggalan kedua
orang tuamu, tidak aka nada orang lagi yang menyayangi dan melindungimu.
Percayalah… Kakek akan terus menjagamu sampai kakek merasa tidak mampu lagi.”
Oliv : “Oliv percaya kok, kek.. Sangat
percaya.. Hmm kek.. Bolehkan Oliv mengajukan permintaan Oliv sama kakek?”
Kakek : “Tentu saja. Katakanlah…”
Oliv : “Apa kakek mau mengizinkan Oliv
kembali ke rumah kontrakan Oliv yang dulu?”
Kakek : “Kenapa kamu mendadak ingin kembali
kesana, Liv?? Padahal kalau kamu tinggal disini kan kakek bisa jagain kamu.”
Oliv : “ Oliv ngerti kek. Tapi oliv piker dengan
oliv tinggal disana, Oliv akan lebih mudah melupakan kenangan Oliv bersama
papah dan mamah.”
Kakek : “Baiklah kalau itu memang jalan terbaik
untuk kamu. Kakek izinkan kamu kembali kesana. Kamu kan sudah besar, sudah bisa
menentukan jalanmu sendiri. Tapi kamu harus janji sama kakek, kamu harus bisa
menjaga dirimu dengan baik, ya?”
Oliv : “Oliv janji.. Makasih ya kek, kakek
sudah mau mengizinkan Oliv kembali kesana.”
Kakek : “Kapan kamu pergi, Liv?”
Oliv : “Lebih cepat lebih baik. Mungkin sabtu
besok Oliv akan kembali kesana.”
Kakek : “Baiklah kalau begitu, Siapkan dulu
peralatan yang akan kamu bawa kesana. Kakek tinggal dulu ya”
Keesokkan harinya.. Di teras rumah Oliv
Oliv : “Kek.. Oliv pamitan ya kek.”
Kakek : “Oliv.. Jaga dirimu baik-baik. Hati-hati
di jalan.”
Oliv : “Assalamu’alaikum..”
Kakek : “Waalaikum’salam..”
Di rumah kontrakan Oliv
Oliv mengeluarkan barang-barang
yang dibawanya dan merapikannya kembali. Ketika Oliv berniat memasukkan
pakaiannya ke dalam lemari, dia terkejut karena dia melihat sesosok kuntilanak
berada dalam lemarinya. Dia menjerit dan berlari keluar kamarnya. Beberapa lama
kemudian dia kembali ke kamarnya dan memberanikan diri membuka pintu lemari
kamarnya. Dan ternyata makhluk halus yang tadi dilihatnya itu sudah tidak ada.
Hari senin, di rumah kontrakan Oliv
Terdengar suara keukan pintu
rumah kontrakan Oliv. Dengan segera Oliv membukakan pintu dan dia mendapati
Fajar sedang menunggunya di depan pintu tumah kontrakannya.
Oliv : “Fajar?!! Kok kamu tau sih kalo aku udah balik lagi kesini?”
Fajar : “ Kemarin sore aku ke rumah kakek kamu.
Kata kakek kamu, kamu udah balik kesini. Jadi aja aku kesini.”
Oliv : “Bentar ya.. (mengunci pintu) Yukk berangkat!!”
Di perjalanan
Fajar : “Aku.. Aku mau minta maaf sama kamu..”
Oliv : “Minta maaf? Emangnya kamu bikin salah
apa sama aku? Sampe-sampe kamu minta maaf segala?”
Fajar : “Aku mau minta maaf soal kedatanganku ke acara pemakaman
orang tua kamu.”
oliv : “Ohh soal itu.. Gapapa kok..”
oliv : “Ohh soal itu.. Gapapa kok..”
Fajar : “Tapi beneran kok! Aku gak dateng bukan
karena aku gak peduli sama kamu. Hari itu tuh aku ada presentasi di depan pihak
perusahaan di Solo. Dan aku baru bisa pulang ke Bandung kemarin sore. Maaf ya
Liv.”
Oliv : “Gapapa kok Jar. Siapa juga yang ngira
kamu gak peduli sama aku. Aku ngerti kok. Lagipula aku udah gak mau ngebahas
tentang itu lagi.. Aku gak mau inget semua tentang papah dan mamah lagi. Karena
semua itu akan menjadi beban dalam pikiran aku.”
Fajar : “aku ngerti. Sulit bagi kamu untuk
menerima semua ini. Tapi akan menjadi lebih baik kalau kamu tidak memaksakan
diri kamu untuk melupakan masa lalu kamu. Karena kamu sendiri yang akan rugi
nantinya.” (Oliv menatap Fajar dan tersenyum)