TUJUAN
Eksperimen fisika mengenai
interferensi ini bertujuan untuk memahami bagaimana prinsip kerja dari
interferometer Michelson. Disini juga kita akan meneliti dan memahami mengenai
gejala terjadinya interferensi cahaya serta memahami beberapa karakteristik
dari laser dan optik.
ALAT
DAN BAHAN
Meja optik
Meja optik
Laser He-Ne
Statif
Satu buah pembagi berkas sinar
(beam divider)
Satu buah penyangga beam divider
Dua buah cermin datar
Lensa sferis f-2; 7mm
TEORI
SINGKAT
Interferensi merupakan perpaduan
dua atau lebih gelombang sebagai akibat berlakunya prinsip superposisisi.
Interferensi terjadi bila gelombang–gelombang tersebut koheren, yaitu mempunyai
perbedaan fase yang tetap.
Interferometer merupakan alat untuk
menghasilkan gelombang yang koheren sehingga interferensi bisa terjadi. Jenis
Interferometer :
Pembelah muka Gelombang. Prinsip Kerja : Dua gelombang yang koheren diperoleh dari sumber yang sama dengan intensitas yang tetap. Contoh ; Interferometer Young dua celah, interferometer Biprisma Fresnel, Interferometer Young banyak celah dan Interferometer Pembelah Amplitudo.
Pembelah muka Gelombang. Prinsip Kerja : Dua gelombang yang koheren diperoleh dari sumber yang sama dengan intensitas yang tetap. Contoh ; Interferometer Young dua celah, interferometer Biprisma Fresnel, Interferometer Young banyak celah dan Interferometer Pembelah Amplitudo.
Pembelah Amplitudo. Prinsip Kerja :
Dua gelombang yang koheren diperoleh dengan membagi intensitas semula , misal
dengan lapisan pemantul sebagian Contoh ; Interferometer Michelson dan
Interferometer Fabry Perot.
Interferometer Michelson yang akan
dibahas dalam bagian ini. Interferometerr michelson merupakan konfigurasi yang
paling umum untuk interferometri optik dan ditemukan oleh Albert Abraham
Michelson. Dan pola interferensinya ditimbulkan oleh pembelahan seberkas cahaya
menjadi dua, sinar itu kemudian memantul kembali dan dikombinasikan kembali.
Michelson bersama dengan Edward Morley menggunakan ini untuk melakukan percobaan
yang dikenal dengan Michelson-Morley Experiment. Dimana interferometer ini
digunakan untuk menunjukkan kecepatan cahaya yang konstan melalui berbagai
frame inersial.
Mula-mula sumber cahaya yang
koheren merambat pada beam splitter. Kemudian cahaya dibelah menjadi dua.
Cahaya yang pertama dipantulkan oleh beam splitter kemudian menuju ke cermin
yang ada pada bagian atas dan dipantulkan kembali menuju beam splitter. Cahaya
ini tidak dipantulkan atau dibiaskan tetapi menembus beam splitter dan masuk ke
dalam detektor. Cahaya hasil pembelahan splitter yang lain dibiaskan oleh beam
splitter dan merambatmenuju cermin yang berada di sebelah kanan beam splitter.
Cermin ini memantulkan cahaya tersebut kembali ke beam splitter. Dari beam
splitter kemudian dipantulkan menuju ke detektor.
Jika ada beda fase nol dari panjang
gelombang yang diterima oleh detektor, maka akan terjadi interferensi
konstruktif dan detektor menerima sinyal kuat. Jika beda fase dari panjang
gelombang yang diterima oleh detektor adalah setengah (misalnya 0,5 ; 1,5 ; dan
seterusnya) maka akan terjadi interferensi yang saling melemahkan (interferensi
destruktif) dan sinyal yang diterima oleh detector menjadi lemah. Sekilas hal
ini bertentangan dengan hukum kekekalan energi, tetapi energi bersifat kekal
karena ada pendistribusian kembali energi pada detektor dimana energi pada saat
interferensi destruktif digunakan pada interferensi konstruktif. Efek dari
interferensi ini adalah untuk membagi cahaya yang dipantulkan menuju detektor
dan sisanya yang dipantulkan menuju ke cahaya sumber.
Salah satu aplikasi Interferometer
Michelson yang paling umum adalah pembuktian teori relativitas khusus. Aplikasi
lainnya adalah untuk mendeteksi gelombang gravitasi, sebagai core dari
spektroskopi transformasi fourier. Aplikasi lain yang menarik adalah sebagai
instrumen untuk mendeteksi keberadaan planet di sekitar bintang. Aplikasi lebih
lanjut digunakan untuk menghasilkan delay line interferometer misalnya sebuah
demulator DPSK optis yang mengkonversi modulasi fase menjadi modulasi amplitudo
dalam jaringan DWDM.
DATA PENGOLAHAN
ANALISIS PERMASALAHAN
Laser
(light ampification by stimulated emission of radiation) atau penguatan cahaya
oleh pancaran radiasi yang terkena rangsangan. Cahaya ini biasanya digunakan
untuk menghasilkan radiasi koheren monokromatik dalam daerah infrafed, cahaya
tampak, dan ultraungu. Radiasinya koheren, karena cahaya tampak dan ultraungu.
Radiasinya koheren, karena memiliki amplitudo dan beda fase gelombang yang
tetap (sama). Sinar laser memiliki empat sifat, yaitu sebagai berikut.
Monokromatik
(ekawarna).
Koheren,
artinya sefase dengan yang lainnya. Pola interferensi dapat diperoleh tidak
hanya dengan meletakkan dua celah pada berkas laser, tetapi juga dengan memakai
dua berkas laser yang terpisah.
Mempunyai
satu arah tertentu (berkasnya tidak menyebar) berkas semacam ini dikirim dari
Bumi menuju cermin pada Bulan oleh ekspedisi apollo 11, tetap merupakan berkas
yang cukup tajam, sehingga terdeteksi ketika kembali ke bumi, walaupun telah
menempuh jarak total lebih dari tiga perempat juta kilometer.
Intensitasnya
sangat tinggi, jauh lebih tinggi dari cahaya sumber lainnya.
Fenomena
interferensi selalu berkaitan dengan teori gelombang cahaya. Pada hakekatnya cahaya
mempunyai besaran amplitudo, panjang gelombang, fase serta kecepatan. Apabila
cahaya melewati suatu medium maka kecepatannya akan mengalami perubahan. Jika
perubahan tersebut diukur, maka dapat di peroleh informasi tentang keadaan
objek/medium yang bersangkutan misal indeks bias, tebal medium dari bahan yang
dilewatinya dan panjang gelombang sumbernya.
Pengukuran
panjang gelombang cahaya dapat dilakukan dengan cara interferensi. Untuk
mendapatkan pola interferensi ada berbagai metode, salahsatunya yaitu dengan
menggunakan interforemeter Michelson. Interferometer ini menggunakan prinsip
membagi amplitudo gelombang cahaya menjadi dua bagian yang berintensitas sama.
Pembelahan amplitudo gelombang menjadi dua bagian dilakukan dengan menggunakan
pemecah sinar (beam splitter). Pola interferensi yang terbentuk pada
interferometer Michelson lebih tajam, lebih jelas dan jarak antar frinjinya
lebih sempit dibanding interferometer yang lain. Nilai panjang gelombang sebuah
cahaya dapat dihitung melalui perubahan pola dan jumlah frinji interferensi
pada Interferensi Michelson.
Seperti
yang kita ketahui, fungsi beam divider pada interferensi Michelson adalah
memecah sunar laser menjadi dau sinar koheren, 50% refleksi dan 50% transmisi.
Dan ketika sinar 1 dipantulkan oleh beam divider menuju cermin 1, sinar 2
diteruskan melalui beam divider menuju cermin 2. Dan ketika hasil refleksi dari
kedua cermin tersebut berada di satu titik pada beam divider, maka akan
terbentuk pola interferensi, dimana pada saat eksperimen terlihat bahwa pola
interferensi dari kedua cermin ini yaitu berbentuk gelombang. Jika beam divider
tidak memiliki fungsi memecah sinar laser menjadi sinar refleksi dan transmisi,
maka tidak aka nada pertemuan dua sinar dan tidak akan terbentuk pola interferensi.
Jarak
antara beam divider dengan layar tidak mempengaruhi pola interferensi yang
terjadi, akan tetapi jarak lintasan yang lebih panjang akan mempengaruhi fase
gelombang yang jatuh ke layar. Jika pergeseran beda panjang lintasan gelombang
cahaya mencapai λ maka akan terjadi interferensi konstruktif yaitu terlihat
pola terang, namun bila pergeserannya hanya sejauh l/4 yang sama artinya dengan
berkas menempuh lintasan l/2 maka akan terlihat pola gelap.
Melalui
dua gambar tersebut, dapat dilihat perbedaan dari pola interferensi yang
terjadi. Pada gambar referensi, pola interferensi yang dihasilkan oleh laser
He-Ne mempunyai pola interferensi berupa
lingkaran yang membentuk cincin interferensi dan memiliki pusat pola ditengah
cincin yang lebih tajam. Pada gambar hasil eksperimen pola terang-gelap yang
terbentuk berupa garis lengkungan, yang apabila garis itu terus disambung akan
membentuk sebuah lingkaran dan akan memiliki bentuk yang sama dengan pola pada
referensi.
Alasan
mengapa pada layar untuk satu cermin terlihat tidak hanya satu titik adalah
karena pada beam divider ada titik yang berasal dari sinar laser dan hasil
refleksi dari beam divider dipantulkan oleh cermin datar tersebut dan kembali
ke beam divider, sehingga aka nada dua titik yang terlihat pada layar.
Banyak
atau sedikitnya jumlah frinji yang terbentuk tergantung pada beda lintasan
optik antara kedua cahaya yang saling berinterferensi. Semakin besar beda
lintasan optik antara kedua cahaya akan menyebabkan pola-pola interferensi
(frinji) semakin banyak. Demikian pula sebaliknya semakin kecil beda lintasan
optik akan mengakibatkan jumlah frinji semakin sedikit. Hal ini sesuai dengan
yang dinyatakan Soedojo (1992) bahwa banyak atau sedikitnya jumlah frinji yang
terbentuk tergantung pada beda lintasan optik antara kedua cahaya yang saling
berinterferensi.
KESIMPULAN
Melalui
eksperimen ini dapat disimpulkan bahwa Interferometer Michelson menggunakan
prinsip membagi amplitudo gelombang cahaya menjadi dua bagian yang
berintensitas sama. Pembelahan amplitudo gelombang menjadi dua bagian dilakukan
dengan menggunakan pemecah sinar (beam splitter). Jarak antara beam divider
dengan layar tidak mempengaruhi pola interferensi yang terjadi, akan tetapi
jarak lintasan yang lebih panjang akan mempengaruhi fase gelombang yang jatuh
ke layar. Besar nilai gelombang cahaya dapat ditentukan oleh pola interferensi
dan jumlah frinji yang terbentuk.